Sumber foto: uhaweb.hartford.edu |
Di dunia, jumlah penderita rabun jauh meningkat. Para ahli kesehatan memprediksi masalah ini bisa disebabkan oleh faktor genetik, makanan dan lingkungan.
Pengaruh lingkungan berkontribusi terhadap 5-45 persen dari jumlah populasi. Terlalu lama menatap layar TV atau komputer hingga membaca di ruangan minim cahaya sering kali menjadi kambing hitam penyebab miopia.
Namun, kasus miopia mencapai jumlah tinggi saat dikaitkan dengan masalah genetik. Banyak ahli mata percaya bila miopia diwariskan. Anak yang lahir dari kedua orangtua dengan rabun jauh berada pada risiko lebih tinggi mengembangkan kondidi ini.
Satu lagi, gaya hidup juga mengendalikan seseorang berisiko terkena rabun jauh atau tidak. Berikut penjelasannya.
1. Kurang olahraga menyebabkan otot menjadi resistens terhadap insulin, dan ini menyebabkan tingkat insulin darah menjadi lebih tinggi. Selain itu, makanan tinggi gula dan karbohidrat olahan juga menyebabkan melonjaknya tingkat gula darah dalam tubuh. Semakin tinggi tingkat insulin darah dan tekanan darah tinggi dapat mempengaruhi penglihatan.
2. Anak-anak yang bermain di dalam ruangan juga bisa mengalami miopia. Penelitian dari University of Cambridge menemukan anak yang jarang menghabiskan waktu di luar ruangan lebih cenderung menderita rabun jauh dibandingkan mereka yang menghabiskan lebih banyak waktu pada kegiatan indoor.
Pengobatan rabun jauh biasanya dilakukan dengan mengoreksi kesalahan bias dengan kacamata berlensa cekung sehingga objek dapat berfokus pada retina secara tepat. Namun, Laser in-situ keratomileusis atau lasik mata telah menjadi pengobatan populer untuk mengobati rabun jauh dan telah terbukti efektif untuk pasien miopia.
Kini, lasik banyak tersedia di rumah sakit atau klinik mata. Ilasik Jakarta bisa menjadi salah satu refensi untuk mengatasi masalah penglihatan Anda.
Oleh: @innesspw